“Ada begitu banyak kenangan dan peristiwa penting selama saya mengikuti GYS dan Temu Raya, sehingga jika saya harus menyebutkan semuanya, perlu 11 hari lagi untuk menjelaskannya!” kata Peleka Jonathan Mpemba, delegasi Global Youth Summit (GYS) dari Kanisa la Mennonite Tanzania.
Setahun telah berlalu sejak keluarga Anabaptis-Mennonite global berkumpul untuk Mengikuti Yesus Melintas Batas dalam Temu Raya ke-17, yang diadakan secara langsung di Indonesia dan juga diselenggarakan secara online dalam bentuk siaran langsung untuk semua pleno dan lokakarya melalui Zoom.
“Kenangannya masih terasa segar dan rasanya seperti baru terjadi kemarin,” kata Reynaldo Mercado Jr., seorang peserta dari Filipina.
“Ibadah yang diiringi oleh tarian budaya dan paduan suara dari Indonesia dan juga nyanyian dalam berbagai bahasa (termasuk bahasa saya) adalah kenangan yang menyegarkan,” kata Desalegn Abebe, delegasi Dewan Umum dari Meserete Kristos Church, Ethiopia.
Streaming langsung acara pleno dan sebagian besar lokakarya dapat disaksikan di saluran YouTube MWC.
Keluarga besar Kristus
“Saya menyadari betapa besarnya keluarga Kristus yang kita miliki di seluruh dunia, bagaimana komunitas Mennonite terhubung satu sama lain melalui Tuhan kita Yesus Kristus,” kata Reynaldo Mercado Jr.
“Berteman dengan orang-orang Anabaptis dari belahan dunia lain bukanlah sesuatu yang akan segera saya lupakan,” kata Jennifer McWilliams dari Kanada, koordinator relawan program anak-anak.
Hubungan terus berlanjut bahkan setelah Temu Raya.
“Saya mendapat begitu banyak teman selama Temu Raya, bahkan sampai saat ini kami masih terus berhubungan. Kami bahkan saling berbagai pemikiran dan bertukar hal-hal baru dari negara kami. Kami saling mendoakan agar kami dapat saling menguatkan satu sama lain,” kata Deepson Masih, delegasi GYS dari, Bhartiya General Conference Mennonite Church, India.
“Kami juga telah membuat grup WhatsApp dengan para pemimpin gereja Mennonite Afrika bagian Timur untuk dapat terus saling berkomunikasi,” Desalegn Abebe.
Hubungan yang penuh damai
Banyak peserta Temu Raya yang terkesan dengan contoh hubungan damai gereja di Indonesia dengan tetangga Muslim mereka.
“Temu Raya global ini telah membuka pikiran saya akan pentingnya membangun perdamaian, hidup selaras dengan ciptaan, manusia lain, dan juga Sang Pencipta. Hal tersebut telah mengajari saya untuk menghargai perdamaian karena Tuhan kita adalah teladan perdamaian bagi kita, ”kata Reynaldo Mercado Jr.
“Saya sangat kagum tentang bagaimana keluarga Anabaptis membuka pintunya bagi semua orang yang menginginkan dunia menjadi lingkungan yang damai bagi semua orang, terlepas dari afiliasi agama mereka,” kata Clinton Kwasi Agbanu, seorang anggota ansambel internasional, dari Ghana.
Garry Janzen, seorang peserta dari Kanada, secara tidak sengaja menghadiri lokakarya di mana orang-orang Kristen dan Muslim dari sebuah desa di Indonesia menggambarkan bagaimana mereka dapat berbagi fasilitas ibadah saat mereka membutuhkannya. “Saya kemudian mengerti bahwa rasa saling menghormati ini biasa terjadi di Indonesia. Saya sungguh terkesan.”
Ed Kaufman dari Amerika Serikat menyaksikan bagaimana kerukunan antaragama ini nyata dalam sebuah tur pra-Temu Raya ke GKMI Winong-Pati. “Itu adalah sebuah contoh bagaimana membangun perdamaian, persahabatan, dan kerja sama, hal ini akan saya ingat untuk waktu yang lama,” katanya. Umat Kristiani, umat Muslim dan pejabat pemerintah dari wilayah setempat membentangkan karpet dan alas duduk di jalanan di antara gedung gereja dan masjid untuk suatu acara perayaan yang diisi dengan musik dan pidato. “Seluruh kunjungan kami ke gereja di Pati ini sangat luar biasa, dan hal ini menjadi puncak pengalaman kami,” katanya.
Sumber daya yang terus tersedia
Video-video lokakarya terus menjadi sumber daya bagi keluarga Anabaptis-Mennonite. Cindy Alpizar telah membaginya dalam acara MTAL. Juan Garrido telah berbagi wawasan yang telah diperolehnya dari lokakarya yang disampaikan oleh Pablo Stucky tentang penyelesaian konflik berdasarkan Alkitab.
Laurie Martin dari AS bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa STT dalam sebuah acara doa dan penyembahan yang berada jauh di atas gunung di dalam sebuah gedung di dalam kampus. “Saya belum pernah mendengar sesuatu yang begitu indah seperti ini sebelumnya,” katanya tentang sesi ibadah spontan yang ada.
“Beribadah dalam damai tanpa konflik membuat saya memahami hakikat Tuhan sebagai Tuhan yang penuh damai,” kata Clinton. “Damai untuk semua orang dan sampai berjumpa lagi di Ethiopia.”