Kasih dari Tuhan Yesus

Setiap orang tentu pernah melewati masa-masa sulit dalam hidupnya, baik waktu duka, kesulitan ekonomis, maupun permasalah kesehatan. Pandemi COVID-19 telah mengguncang seluruh bagian dunia ini dengan sangat luar biasa, termasuk Indonesia. Kondisi ekonomi menjadi terpuruk, kesehatan masyarakat semakin terancam, interaksi antar sosial menjadi terbatas, dan banyaknya nyawa yang hilang sulit untuk dihitung dengan angka. Kita telah melihat bagaimana berbagai usaha bisnis bangkrut, rumah sakit mulai kewalahan dengan menumpuknya daftar pasien, bertambahnya tingkat pengangguran, dan banyak dampak buruk lainnya. Tetapi secara psikologis, hal yang sungguh menyiksa adalah bagaimana COVID-19 ini mengancam kita di manapun dan kapanpun, dan juga kenyataan bahwa kita tidak tahu kapan pandemic ini akan berakhir. Kecemasan dan kegelisahan akan hilangnya rasa aman itu telah meniadakan ketenangan dalam diri kita. Kita memerlukan sesuatu untuk mempertahankan kehidupan kita dalam keadaan baik dan bahkan lebih baik lagi.

Saudara saudari, bacaan kita dalam Yohanes 20 hari ini menggambarkan bagaimana para murid pun telah mengalami berbagai ‘kejutan’ dalam hidupnya. Di sini mereka mengalami dua rintangan besar. Mereka kehilangan Yesus sebagai pemimpin dan guru mereka. Yesus yang sama, yang mereka andalkan, telah mati di atas kayu salib layaknya seorang penjahat. Di samping itu, para murid sedang berada di bawah tekanan dan ancaman politik. Mereka dipenuhi dengan ketakutan bahwa keberadaan mereka akan ditemukan oleh para pemimpin Yahudi yang telah menangkap dan membunuh Yesus. Atas alasan keadaan inilah mereka mengadakan berbagai pertemuan dalam ruangan tertutup. Tetapi di tengah ketakutan dan kecemasan mereka yang luar biasa, terdapat beberapa pesan penting dan berharga dari bacaan ini untuk kita hari ini.

1. Yesus menginginkan damai ada pada kita

Tuhan Yesus mengerti bahwa kebutuhan utama kita, manusia, adalah rasa tenang dan aman, meskipun di tengah dunia yang sangat sulit untuk kita mencari damai yang sejati. Kita seringkali mendapatkan ketenangan yang keliru yang diberikan oleh dunia ini, yang mengatakan bahwa kecantikan dan ketampanan, kekayaan, popularitas, dan harta akan membawa kedamaian dalam diri kita. Namun, kenyataan yang ada memberikan bukti yang berbeda. Kita sering melihat banyak kaum selebriti, tokoh masyarakat, politisi, pengusaha, dan mereka yang hidup berdasarkan standar dunia, yang banyak dari mereka terikat dalam kecanduan akan berbagai hal, seperti obat tidur, obat penenang obat bius, dan alkohol. Nampaknya, manusia yang dipenuhi dengan kekayaan, ketenaran, dan pencapaian luar biasa belum tentu bahagia. Beberapa dari mereka bahkan telah mengakhiri hidunya dengan cara yang sangat tragis. Alasan utamanya adalah ketidakadaannya damai sejati dalam diri mereka.

Sumber dari ketenangan dan damai sejati bukanlah dari dunia ini karena dunia ini telah dikutuk (Kejadian 3:17) dan pengejaran akan dunia ini akan mengarahkan kita kepada ketiadaan. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa dunia dan semua yang ada di dalamnya menuju ke kebinasaan. Damai sejati hadir ketika manusia mengalami perjumpaan dengan Allah yang sejati, dan dosa-dosa diampuni.

Sebab Yesus mengetahui kebutuhan manusia, kalimat pertama yang diberikan kepada para murid yang ketakutan itu adalah “Damai besertamu” (vs 21). Saudara saudari, Yesus rindu damai sejati Allah menyertai dan melindungi hati dan pikiran kita, terlebih di tengah kekacauan dunia ini. Karena hanya damai yang asalnya bukan dari bumi inilah yang akan selalu tinggal dalam hati kita. Damai Allah tidak dapat diambil ataupun dipengaruhi oleh siapapun dan keadaan apapun. Sebab hanya Yesuslah yang dapat memberikan damai sejati itu. Hanya Tuhan Yesus-lah yang dapat menenangkan jiwa kita di tengah semua badai dan kekacauan dalam hidup kita.

Apakah anda bersedia menerima damai yang dari pada Yesus ini?

2. Yesus menganugerahkan Roh Kudus bagi kita

Pesan lain yang memberikan sukacita bagi kita adalah bagaimana Yesus menganugerahkan RohNya bagi para muridNya. Hal ini dapat kita baca dalam Yohanes 20:22, tentang bagaimana Yesus bertemu dengan para muridNya dan memberikan mereka Roh Kudus. Inilah juga pemenuhan yang telah Ia janjikan dalam Yohanes 14:16-17, 16:7-14, yaitu janji mengenai Roh Allah yang menyediakan penghiburan, yang menguatkan dan yang memberdayakan para muridNya.

Sebelum para murid menerima Roh Kudus, mereka dipenuhi oleh ketakutan, kecemasan, dan keputusasaan. Alkitab mencatat bagaimana mereka terpencar ketika Yesus ditahan, dan banyak dari mereka menyerah dan kembali kepada pekerjaan dan hidup lama mereka.

Mengapa para murid mudah putus asa? Jawabannya adalah karena para murid ini belum menerima Roh Kudus. Karena alasan inilah mengapa ketika Yesus menemui mereka, Ia memberikan RohNya untuk memperkuat dan menopang mereka. 

Bagi saudara saudari kita yang bekerja sebagai pekerja kesehatan, beberapa tahun ini sungguh sulit, terkait secara langsung dengan COVID-19. Bahkan negara-negara maju dengan pelayanan kesehatan dan fasilitas yang berkualitas juga kewalahan dengan semua tantangan ini. Kita telah mendengar kesaksian dari banyak anak Allah yang hampir putus asa dalam menghadapi kesulitan ini, tetapi ketika mereka berpaling ke hadapan Allah, Roh Kudus dari Allah Bapa sungguh memberikan kekuatan dan penghiburan. (Yesaya 40:31).

Kita sering mengalami banyak sekali kesulitan dalam hidup kita, seperti penyakit yang tak kunjung sembuh, sulitnya memperoleh pekerjaan, kehilangan orang kesayangan, dan masih banyak lainnya. Terdapat banyak hal yang mungkin membuat kita menjadi putus asa tetapi ketahuilah bahwa dengan meminta kepada Allah, kita akan mendapatkan kekuatan baru yang datang dari Roh Allah. Roh Allah tidak hanya menyertai kita tetapi juga memampukan kita untuk terus berjalan dan bahkan berlari untuk memenuhi panggilan Allah bagi hidup kita.

Apakah anda bersedia menerima Roh Kudus?

3. Yesus menginginkan kita untuk menjadi saksiNya

Pesan berikutnya dari Tuhan Yesus bagi para muridNya adalah perintah kepada mereka untuk menjadi pembawa berita tentangNya bagi dunia ini. Para murid melakukannya dengan cara menghidupi kesaksian ini dalam hidup mereka, yaitu melakukan teladan bagaimana Yesus menjalani hidup, melayani banyak orang, dan memberitakan kabar baik. Para murid ini adalah saksi bagaimana Yesus mati di kayu salib sebagai penebus dosa umat manusia, Merekalah yang pertama kali menyaksikan kebangkitan Yesus dari kematian. Merekalah yang menghidupi kesaksian dari semua peristiwa yang Allah nyatakan, dan mereka diberikan perintah untuk membagikan pengalaman-pengalaman ini kepada seluruh dunia. 

Saudara saudari terkasih, mandat untuk menjadi saksi Allah tidak hanya ditujukan untuk para murid pada waktu itu saja, tetapi juga untuk setiap kita saat ini. Kita memiliki tanggung jawab untuk mengabarkan apa yang telah Yesus perbuat dari 2000 tahun yang lalu di saat ini.

Apakah kita dapat meminta Roh Kudus? Jawabannya tentu iya, karena Roh Kudus pun juga diberikan kepada kita.

Bila ada pertanyaan, ‘akankah ada orang yang percaya dengan akan kesaksian saya?’ Roh Kudus-lah yang akan bekerja atas pesan-pesan tersebut bagi para pendengarnya. Hal yang terpenting bagi kita hanyalah untuk melakukan menyaksikan kabar baik itu. Ingatlah, saudara saudariku, tugas kesaksian ini bukanlah sebuah pilihan , melainkan sebuah perintah.

Setidaknya dua cara bagaimana kita dapat menjadi saksi Allah.

Pertama, kita dapat bersaksi secara lisan.

Ini berarti bahwa kita mengabarkan kepada sesama kita bahwa Allah mengasihi kemanusiaan, meskipun manusia memilih untuk hidup dalam dosa. Kasih Allah terhadap manusia berarti bahwa Ia telah datang ke dunia, menjadi sama dengan manusia dalam wujud Yesus Kristus, untuk menyediakan jalan bagi pengampunan dosa melalui kematian Yesus di kayu salib. Maka siapapun yang bertobat akan diampuni dosanya dan dijadikan anak Allah. Ini adalah pesan yang dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis.

Kedua, kita dapat menjadi saksiNya melalui pola dan gaya hidup kita. Ini berarti bahwa perilaku kita secara menyeluruh, mencerminkan kebenaran Allah dalam kehidupan kita saat kita hidup berinteraksi dengan orang di sekitar kita. Inilah yang disebut dengan Injil yang hidup, yaitu berarti hidup kita sungguh merefleksikan kehidupan Tuhan Yesus Kristus.

Mari kita meminta kekuatan Roh Kudus untuk menggerakan kita untuk dapat bersaksi dengan sungguh-sungguh, supaya orang-orang berpaling kepada kebenaran dari Injil ini. Kiranya Roh Allah memampukan kita untuk bersaksi atas kemuliaan Allah. Immanuel.


—Natanael Sukamto, pendeta di GITJ (Gereja Injili di Tanah Jawa) Sembaturagung, Pati, Jawa Tengah, Indonesia.